Debum jatuh memekak telinga
Ah, apakah gerangan berbunyi?
Aku lupa, itu hatiku
Yang berbalur darah terjatuh padamu
Sudut kota masih diam membisu
Lupa pada renta yang menyesaki jiwa
Senja yang menua dibalik awan jingga
Pun diam, menyaksikan aku jatuh kesekian kali
Sudah sewindu tak berjumpa
Rindu itu nyata merongrong rongga dada
Kau hanya bertatapkan hampa; sedangkan aku luput dari doa, tapi cinta harusnya belum usai meski kenangan telah sirna ditelan waktu
Sang waktu yang jahat, membunuh asa yang terjalin nyaris seabad
dan aku?
Masih bodoh bertahan, berpegang pada corak hitam malam yang bergelantungan pada langit desa
Sedang malaikat hanya bisu dalam keremangan pagi yang malu-malu bersembunyi dari pucuk daun
Tuhan pun tahu, kemarin sudah usai
dan hari ini, kau tiada lagi di bumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar