GEMAR BACA

DREAM, BELIEVE, and MAKE IT HAPPEN!

Selasa, 23 Desember 2014

belum ada judul

Sepi ...
Hanya air mata yang mengering
Lantas aku ingin bicara padamu
Tapi aku tak mampu 


Kerap kali aku merasa ,
Adakah setitik sinar dalam jalanku ?
Atau seorang pelindung untuk menemaniku
Tapi aku tak punya cukup nyali untuk bertanya


Untuk dewi-dewi surga
Untuk para laksana surga
Bisakah aku terus bermimpi ?
Bolehkah aku untuk terus mencintai ?
Sanggupkah aku bertahan menanti
Adanya sinar untukku nanti

Minggu, 07 September 2014

Lepaskan

Duka lara menghampiri
Tak ayal membuatmu lelah
Sepi sunyi menemani
Terkadang membuatmu pasrah
Oh jangan menangis , jangan bersedih
Kita kan tepis hari nan sepi
Oh jangan berpasrah , tetap berjuang
Karena aku dan kau memang ditakdirkan untuk bahu-membahu

Elegi pelangi pun telah menyambut kita
Rasakan hangat cintanya yang terpancar di bawah sinar
Yang kian lama kian meredupkan semua ego
Ada satu hal yang pantas kau percayai
Kau pantas dapatkan kebahagiaan
Rasakan aku , di dalam duniamu
Lepaskan genggaman kebimbangan yang membelenggu
Atau penat dan peluh yang membanjiri
Hempaskan lautan emosi yang membakar hati
Sambutlah dengan cinta ....Dan air mata kebahagiaan
Oh ayolah jangan berpasrah
Lihat aku dalam bayang semu
Yang akan selalu memantau setiap gerak-gerikmu
Tumpahkan semua kekuatan cintamu
Yang tak bisa terbayar oleh apa pun
Percayalah dunia tak seburuk yang kau pikirkan
Karena seburuk apapun duniamu
Aku akan selalu mencintaimu
Bahkan di titik terendah hidupmu

Minggu, 17 Agustus 2014

Kamu

Kamu hadir tanpa kau sadari dalam hidupku
Mewarnai sekian juta detik hidupku tiap harinya
Sekalipun kamu tidak bisa aku gapai ...
Sekalipun kamu tidak pernah tahu keberadaanku
Sekalipun senyum manismu yang menjadi candu buatku , bukan tercetak karenaku
Tapi bagiku kamu adalah spesial
Yang punya tempat terselubung dai hatiku
  Saat kita saling berpapasan , dengan status tidak saling mengenal
  Tapi aku tak bisa mengelak bahwa mataku terus menerus memoerhatikan

curcolll

Jumat, 15 Agustus 2014

Rintihan dan Rintikan

Luka yang kau berikan padaku
Setidaknya membuatku merasa mampu melewatinya
Walaupun haruslah tertatih jalanku
Melupakanmu dan mengubur rasa cinta ..

Aku akan berpayung hitam kelam
Mewarnai hariku yang semakin suram
Jika kau mendengar rintik-rintik hujan
Kau akan mendengar juga , rintihan penantian

Lihatlah tetes gerimis yang tak terkira jumlahnya
Sebanyak itulah cinta yang harus kukubur untukmu
Atau rasakan debaran jantung ini
Lalu hitunglah denyutannya , sebanyak itu juga perhatian yang harus kuredam untukmu


Selasa, 29 Juli 2014

Dia Di Sana

Dia di sana
Masih memangku segala kesedihannya sendirian
Masih terbalut oleh luka yang tak kunjung mengering
Dia di sana
Masih menitikan air mata
Bak anak sungai yang terus menerus menerjang ke hilir
Dia di sana
Masih menggenggam segala kebimbangan yang menyusahkan
Dia masih di sana
Entah apa yang ditunggu
Bahkan ia tak perduli banyak tetes gerimis yang jatuh ke pangkuannya
Sebanyak rasa cinta ku yang tak terhitung jumlahnya
Tetes embun pagi yang mengantung di ujung daun pun tak jua menarik perhatiannya
Padahal melalui tetes embun itulah kuucapkan "Selamat pagi ,Cinta" untuknya
Tapi dia masih terus menunduk meratapi sesuatu
Dan aku....
Dari jauh mengamatinya
Dan merasakan asa yang dulu membakar jiwaku perlahan mulai habis bak arang dalam perapian
Dia pun masih di sana
Sama seperti sebelumnya

Kamis, 17 Juli 2014

seperti kemarin

Hari ini masih sama seperti kemarin ,
Tanpa senyuman itu
Tanpa uluran tangan itu
Atau tanpa mendengar kelembutan suara itu
Tanpa sapaanmu
Tanpa perhatianmu
Betapa kurindukan sosok dirimu
Entahlah ...
Hariku yang menjadi hampa
Tanpa warna tawa dan canda yang keluar dari bibirmu
Tanpa sercercah kebahagian yang kalian semua ciptakan
Di sini masih asing
Masih bergumul pada pikiran masing-masing
Semoga waktu itu akan terus membekas tajam dalam ingatan kalian

Kamis, 10 Juli 2014

WAKTU

Waktu ...
Waktulah yang mempertemukan dua insan
Waktu juga yang mempersatukan mereka
Sang waktu berbaik hati memberikan malaikat kecil pada mereka
Waktu jua yang menunjukan keindahan ciptaanNya pada mereka
Saat malaikat kecil itu mulai bertumbuh dan semakin bertambah usia
Waktu jua semakin mengurangi kesehatan dan kondisi dua insan tersebut
Lalu waktu pun berhenti , satu persatu dari dua insan itu tiada
Kini tinggalah sang malaikat kecil yang mulai mengenal dunia
Tapi waktu mengatakan bahwa sudah masanya untuk berubah
Sedari ia yang gagah tampan
Lalu waktu menggerogoti tubuhnya
Ketika jemarinya yang dulu kecil nan mungil menjadi jemari yang kuat dan gagah
Lalu berubah pula ketika waktu menarik semuanya
Ketika rambutnya yang dulu tipis menjadi tebal
Waktu menarik dan merontokkannya ..
Bahkan jua menarik dan menghapus semua warnanya
Bukan hanya itu ...
Saat waktu berubah menjadi kejam
Berusaha memudarkan ingatannya
Lalu ,
Waktu berkata untuk kembali
Mengembalikan sang malaikat itu kepada Sang Empunya
Menjadikannya kembali seperti asal
Abu ...

Senin, 07 Juli 2014

HILANG

Saat senja datang menyelimuti keheningan
Semilir angin turut menyambutku di sini
Tapi kenapa kamu hilang ?
Lalu air mataku pun jatuh
Diiringi riuh rendah semilir angin
Dan rintik hujan menemaniku
Tapi kenapa bayangmu tak ada?
Derap langkah kakiku pun terdengar
Pergi membawa jiwa ini walau tak tahu arah
Meski ku menerka di mana engkau
Walau tak kutemui setitik pun bayangmu
Kau menghilang
Kau pun pergi entah di mana
Dan aku memilih hilang

Sabtu, 28 Juni 2014

merindukanmu

Dalam dekapan sang Malam
Juga belaian angin darat
Di antara debur ombak yang menghampiri bibir pantai
Air mataku jatuh di atas telapak tanganku
Mengingat saat-saat dulu
Saat kita bersama dan berpegangan tangan
Izinkan aku menangisimu lagi
Kali ini ...
Atau nanti dalam kurungan tirai hujan
Yang akan terus menghambat ku
Izinkan aku merindukanmu
Bersamaan dengan menanti sang pelangi menjemputku
Izinkan aku berteriak memanggil namamu
Menyampaikan pada semesta alam semua kerinduanku
Berteriak pada mereka walau kutahu mereka tetap bersikap acuh
Bahwa aku merindukanmu
Sangat merindukanmu

Rabu, 25 Juni 2014

Kau Kejam , Cinta !



Jalanan tampak basah , baru saja diguyur hujan
Setelah sekian lama kita bersama
Tanpa alasan yang jelas kau meninggalkanku sendiran
Kau kejam , Cinta !
Tidakkah kau mengerti sakitnya ditinggal karena ketidaksempurnaanku
Kau begitu angkuh , Cinta !
Hanya mau menghampiri dia yang sempurna , tapi tidak aku
Kau seperti Bulanku yang pergi ...
Enggan semakin enggan untuk menerangi duniaku kala malam datang
Enggan untuk bersisian denganku , kau kejam , Cinta !
Mengapa tak bisa kau hadir sedikit saja di antara aku dan bulan ...
Kau kejam , Cinta !
 Membiarkan aku mengurus bintang-bintang kita dulu sendirian
Kau kejam , kau kejam , kau jahat Bulan !
Kamu lari dari tanggung jawabmu untuk membantuku agar bersama-sama menjaga bintang kita
Mengapa kau tak pernah berusaha mencintaiku , Bulan ?
Kalian kejam padaku , pada bintangku
Tak cukupkah air mata yang selalu kami keluarkan untuk meminta kehadiran kalian
Kau kejam Cinta ! kau kejam , Bulan !

Mati Rasa


Dulu selalu ada , kata cinta antara kau dan aku 

Dulu selalu ada , canda tawa antara kita
Ku teringat semua janjimu dulu selalu bersama sampai akhir waktu
Dan kini , semua itu adalah kata-kata biasa yang buatmu tak bermakna
Kau pergi dengan yang lain , mengabaikanku
Kau pergi dengan si dia , yang lebih sempurna
Katamu , takkan pernah kau berpaling dariku
Katamu akulah yang terakhir buatmu
Namun semuanya menjadi sia-sia , kelakuanmu buatku mati rasa
Aku mati rasa ketika kau bersamanya
Tiada lagi gunanya kata cintamu dulu yang kau banggakan pada mereka
Aku mati rasa , hatiku hancur lebur karena ulahmu
Kini apalah dayaku tuk hapus rasa cintaku
Tak usah mohon ampun , aku telah mati rasa
Padamu , pada dunia , pada kata cinta ... Ku telah mati rasa
Tak ada lagi gunanya sebab cinta hanyalah sebuah luka bagiku
Luka dan dendam yang membuatku nyaris putus asa
Aku takkan percaya lagi dengan cinta

(tanpa judul)

Tak ada yang tahu ketika aku menangis
Tak ada yang perduli ketika aku menjerit
Tak ada yang mendengar segala pendapatku
Tak ada yang menghibur kala aku sedih
Tak ada yang menopang kala aku hancur lebur
Kalian hanya memaksa , menghina dan mencercaku semaunya
Semua yang kulakukan selalu kalian anggap sebelah mata
Aku memang tak bisa menjadi sempurna
Silahkan anggap aku gila
Aku takkan perduli , takkan mendengar , takkan menghiraukannya
Sama seperti kalian , tak tahu rasanya dihina dan dikucilkan
Tak pernah mencoba mengerti
Hanya berkritik tak bermoral

Sabtu, 21 Juni 2014

puisi kehilangan



 Waktu Senja Itu
Semilir angin menerpa wajahku
Disaat setetes embun jatuh di telapak tanganku
Bukan , itu bukan embun
Hanyalah setitik air mata kerinduan
Bayangmu membekas pekat dalam kandung ingatan
Mengikutiku kemana ku pergi
Namun ragamu tak ada ...
Senja kala itu
Menggoreskan sejuta luka dan mimpi terpendam
Menimbulkan kerinduan dan isak tangis kepedihan
Bahkan aku masih merasakan hangatnya genggamanmu
Namun apalah dayaku manusia biasa
Waktu memang kejam pada kita
Berlalu begitu saja merengut engkau dariku
Aku hancur menjadi serpihan debu
Namun kau tak seperti dulu lagi
Saat raga dan jiwamu masih di sisiku
Selalu menopangku kala aku hancur
Tapi kali ini berbeda , tulangku ikut remuk bersama hatiku
Yang kau bawa pergi ke alam sana

Jumat, 20 Juni 2014

Hanyalah Rerumputan

Hanyalah Rerumputan 

Kuakui kuhanyalah sebagai rumput hijau 
Liar dan tak pernah dihiraukan 
Begitupun aku , tak pernah terpilih jadi yang terbaik 
Engkau katakan begitu 
Ku hanya bisa pasrah dan merasa ,
Bagai reumputan liar dan bayangan semu yang hampa 
AKu takkan pernah menjadi sang primadona 
BAgai rerumputan di tepi hutan 
Yang hanya tumbuh tanpa dirawat 
Kubagaikan sampah yang tak pernah diharapkan 
Tapi ketahuilah ,
Aku masih berarti ...
Walau hanya untuk sekumpulan binatang 
Engkau memang kejam 
Namun engkau juga benar 
Aku hanyalah sebagai rerumputan semu 
Hanyalah sebagai bayangan hitam 
Yang selalu kau injak dengan sepatu mewahmu 
Bersama sang bunga mawar yang mendampingimu 
Aku ...
Hanyalah rerumputan semu ...

Rabu, 18 Juni 2014

Menghitung Hari

Menghitung Hari 

Kini ku hanya bisa menghitung hari 
Menikmati detik-detik terakhir kebersamaan ini 
Di antara canda tawa 
Tersirat sebuah kenyataan 
Bahwa mungkin kita tak bisa seperti kini lagi 
Betapa jauh jarak kita nanti 
Dan kuyakin kan sulit kembali berjumpa 
Bercanda ria ... 
Ataupun menangis bersama 
Tapi kujanji 
Kasih ini akan selalu menjerit keras padamu 
Melalui kandung ingatan 
Kuhanya bisa menghitung hari 
Saat-saat tegang yang kita alami 
Menghargai tiap detik waktu yang takkan terulang 
Ketika kau dan aku berpisah 
Ketika semua momen ini terlepas 
Kan kuingat selalu 
Saat sulit kita , saat gembira kita
Bahkan saat antara kita tercipta jarak tak kasat mata 
Kawan ...
Sekali lagi kita menghitung hari 
Waktu ini akan segera habis 
Membuka lembaran baru 
Menemui orang-orang baru 
Lalu ....
Berjanjilah pada dunia 
Tak boleh engkau dan aku lupa 
Waktu dulu dan saat ini 
Bahwa kita pernah menghabiskan sepotong waktu bersama 
Tak perduli berapa lama pun kita tak berjumpa 
Marilah menghitung hari 
Dan berjanji pada semua 
Bahwa semua ini akan selalu teringat kita

Jumat, 13 Juni 2014

Senja Kala Itu

Senja Kala Itu

Ingatkah kau tentang kenangan ini ?
Saat sebuah senyum tak lekang dari wajah kita 
Yang berangkulan menanti tenggelamnya sang mentari 
Sesekali ombak membasahi kaki kita
Ingatkah kau tentang senja kala itu 
Waktu terakhir kita bersama 
Bahkanpun kita tak tahu 
Tak menyadari 
Senja kala itu adalah tanda berakhirnya kebersamaan kita 
Air mata ku terus mengalir 
Seakan tak pernah cukup waktu untuk menangisimu 
Senja kala itu telah merenggut semua tentang mu 
Di saat takdir berputar seratus delapan puluh derajat 
Senyum itu berubah menjadi isak tangis kehilangan 
Di manakah engkau kini ?
Apakah engkau masih mengenang senja kala itu ?
Sesekali menangis memanggil namaku 
Seperti aku yang selalu begitu 
Senja kala itu menggoreskan suka juga duka 
Angin berhembus kencang 
Menyadarkanku dari sebuah angan 
Senyumanmu masih ada 
Di hatiku untuk selamanya
Senja kala itu 
Saat kita bersama ....


Rabu, 04 Juni 2014

puisi (lagi)

   Di Antara Isak Tangis

Saat kuterpaksa melepasmu 
Terasa amat menyiksa batinku 
Hingga tak satupun tetes air mata 
Mampu keluar dari tempat persembunyiannya
Dan di antara isak tangis memecah keheningan 
Sampai debur ombak menghampiri bibir pantai 
Ingin kuteriakan padamu yang smakin jauh 
Meminta padamu untuk tetap tinggal 
Aku tahu memang sudah seharusnya 
Semua terjadi dan aku hampir mati sendiri 
Harusnya engkau tahu , semua ini bukan kuasaku 
Harusnya engkau lihat , betapa menderitanya aku
Di antara isak tangisku , kupanggil namamu 
Berharap sang fajar datang dan aku terbangun dari mimpiku ini
Di antara isak tangisku , semilir angin mencumbu wajahku 
Kubisikkan pesan rindu dan berharap sang angin mengantarnya padamu 
Kau teganya menyuruhku bertahan 
Bertahan disemua ketidakpastianmu 
Bahkan ku sendiri tak bisa lagi bicara 
Biar keheninganku mengungkapkan semuanya 
Di antara isak tangis kepedihan 
Kuteriakan pada laut tentang perasaanku 
Di antara debur ombak yang membasahi kakiku 
Dengarlah kukirimkan pesan rindu lewat puisi ini 
Pulanglah dan hamburkan dirimu kepelukanku 
Datanglah dengan semua kepastian 
Atau pergilah saja dan tak usah kembali 
Namun bayangmu terus mengikuti menyiksa-nyiksa hatiku 



Senin, 02 Juni 2014

Sahabat

SAHABAT

Tiada hari kulewati tanpamu 
Semua canda tawa dan suka duka mengisi hari-hari kita
jemarimu terus mengisi jarak antar kelima jariku 
Menyalurkan kekuatan manakala aku lemah 
Memberikan penghiburan manakala aku menangis 
Sahabat ,
Terimakasih atas kehadiranmu dalam hidupku 
Menggoreskan kenangan yang takkan terhapus 
Memberikan kehangatan pelukanmu 
Menyokongku dan mendoakanku 
Menyayangiku manakala seluruh dunia membenciku 
Mempercayaiku manakala mereka terus menuduhku 
Terimakasih telah menjadi fajar buatku 
Sahabat ,
Manakala waktu menggerogoti persahabatan kita
Sampai tiba di mana kita menutup mata 
Ingatlah sesuatu , 
Aku dan kau bagaikan bintang 
Sekalipun tak terlihat 
Tapi kau tahu aku selalu di sana 
Atau aku pun tahu kamu selalu menerangiku dari sana 
Terimakasih , Sahabat 

Jumat, 30 Mei 2014

puisi

                                                   Dalam Tirai Hujan
Aku hanya bisa menangis 
Ketika tirai hujan mengurung langkahku 
Aku hanya bisa pasrah 
Jika sudah terlambat , aku bisa apa ?
Tirai hujan ini mengurung jiwaku 
Menyadarkan tiada lagi kesempatan kedua 
Jika Tuhan ijinkan 
Bagiku untuk bisa , 
Memelukmu dan mencintaimu sedetik saja 
Jantungku seakan mencelos , menciptakan rasa sakit tanpa ampun 
Ketika waktuku sudah habis untuk bersamamu 
Aku hanya bisa menyesali 
Kamu begitu dekat namun tak tergapai 
Apakah ada jalan keluar ?
Tiarai hujan ini menyadarkanku 
Betapa bodohnya aku selama ini 
Hanya bisa menangis dalam senyum kepedihan 
Dan menjerit dalam tawa 
Melihatmu dengan cinta yang lain  
Lalu bisakah aku ,
Aku hanya bisa memakai topeng palsu 
Berpura-pura bahagia padahal aku merana 
Lihatlah tirai hujan 
Tetap mengurung langkahku , menusukku bertubi-tubi 
Tanpa ampun membasahi tubuhku yang mulai ringkih 
Semakin lama semakin deras 
Kucoba untuk berlari sesekali memeluk tubuhku 
Oh Tuhan .... 
 Aku ingin dia

After Three Years

                        AFTER THREE YEARS

    "Arka , untuk apa kamu masih di sana ?" tanya seorang wanita paruh baya terhadap anak laki-lakinya yang berusia 26 tahun itu . "Bentar , Ma . Aku masih mau menikmati angin di sini ." balas Arka sambil memejamkan matanya dan membentangkan kedua tangannya . Sang Mama hanya terdiam sambil tersenyum miris . Arka , sudah banyak menderita karena hari itu , tiga tahun yang lalu . Apa sudah seharusnya aku mengungkapkan kebenaran dan menjilat ludahku sendiri ? Aku harus , demi anakku Arka . Arnita membatin .
  "Ka , Mama mau bicara suatu hal . Tepat di hari ulang tahunmu nanti ."kata Arnita sambil menepuk pundak anaknya . Arka menoleh . Ia mengganguk pelan lalu melanjutkan kegiatannya tersebut .
  Arnita memilih masuk ke dalam rumahnya dan membiarkan sang anak menikmati kegiatannya .

**************************************************************************
   "Anggi datanglah ... Kumohon . Aku tak tega , melihatnya begitu . Datanglah besok . Apapun kulakukan agar kamu mau datang . Ada satu hal , datanglah ..." Arnita berbicara dengan nada memohon pada seseorang yang sedang diteleponnya . Anggi masih saja bersikeras tidak mau menemui putranya , Arka . Padahal ia tahu bahwa Anggi sangat mencintai Arka . Ini semua akibat kecelakaan 3 tahun yang lalu .

#Flashback (Author POV)
  "Maa , ini pacar Arka . Namanya Anggita . Gita , kenalin ini Mama aku ." kata Arka sambil tersenyum . "Wahh anak Mama pintar sekali memilih calon menantu untuk ku . Gita ayo bergabung dengan kami ."kata Arnita ramah . "Wahhh tante terimakasih . Pantas saja Arka ganteng , Tante saja awet muda dan masih cantik sekali ..."kata Anggita jujur dan tulus . "Ihh kamu ya bisa aja . Yaudah yuk masuk ."
  Mereka bertiga larut dalam canda tawa . Sesekali Arka menggoda kekasihnya , Anggita . Tak terasa , hari sudah larut malam . Anggita dijemput oleh supirnya , ia menolak untuk diantarkan Arka .
  Tigaperempat jam kemudian , Arka mendapat kabar bahwa kekasihnya mengalami kecelakaan hebat . Entahlah apa yang terjadi , Arka sudah mencari tahu keberadaan Anggita ke sana-sini sampai nyaris gila namun tak satu pun kabar yang didapatkan . Ia sudah hampir menyerah . Mungkin Anggita sudah tiada lagi , yang harus dilakukan adalah merelakannya .
#
  "Selamat ulang tahun , Arka Wibowo . Mama harap kamu lebih dewasa dan menjadi anak yang lebih baik dan berbakti pada semua orang ." kata Arnita sambil berjinjit dan menicum kening putranya itu . Wajah Arka mengingatkannya pada mendiang suaminya .
  Dalam hati Arnita gelisah . Apa dia tidak datang malam ini ? Sejak kemarin , Anggi tak pernah bisa dihubungi . Arnita tak pernah tahu alasan Anggi tak mau berjumpa dengan Arka . Bahkan ia diancam tutup mulut tentang keberadaan Anggi .
ting tong ting tong 
   "Biar Mama yang buka ." lalu Arnita bergegas ke pintu depan . "Permisi selamat malam , ada paket untuk Tuan Arka Wibowo . Apa benar ini rumahnya ?"tanya seorang laki-laki bertubuh kurus dan berambut klimis . "Ya benar . Paket dari siapa?" tanya Arnita . "Seorang wanita yang tidak ingin disebutkan namanya . Sudah ya , Bu . Saya permisi dulu ."lalu pria itu oergi . "Hey tunggu !! Tunggu ." namun sayangnya pria itu sudah lenyap dari pandangan mata .
   "Kenapa Ma?" tanya Arka dari dalam rumah . "Eh enggak , Sayang . Itu tadi ada yang nganterin paket buat kamu . Nih ..."kata Arnita .
    Arka lekas menerima kotak itu dan membukanya . Secarik kertas
Dear Arka , 
Selamat ulang tahun . Aku mencintaimu dalam diam . 
                                                                   Regards , your lover .
 Hanya itu . Tapi Arka yakin seratus persen eh bukan tapi seribu persen bahwa itu adalah kekasihnya , Anggita . "Dia masih hidup ?"tanya Arka lirih . Air matanya merebak . Arnita segera memeluk anaknya . "Dia masih hidup anakku . Selama ini dia mengancam akan bunuh diri pada Mama jika Mama memberitahukannya padamu . Anakku , Mama tak tahu bagaimana dan di mana dia sekarang . Kemarin Mama sempat menelponnya , memohon agar dia datang hari ini . Dan mungkin dia tak datang ."kata Arnita .
  "Arghhh !! Ma ayo ma . Bantu aku cari Gita ." Arka menarik Mamanya lalu menuju garasi rumah dan lekas mengemudikan mobilnya .
  Sudah hampir dua jam mereka mencari . "ARGGHHH !!" Arka berteriak frustasi . Arnita juga turut menangis merasakan apa yang putranya rasakan .
  "Percuma Arka . Kita keliling-keliling dunia tanpa tujuan . Mending kamu ingat-ingat tempat yang berkesan menurut kalian berdua ."
  Tanpa suara Arka bergegas . Tempat itu . Toyota Yaris berwarna putih itu berjalan membelah kota Jakarta yang sudah mulai lenggang , yaiyalah jam sepuluh malam .
Tempat di mana ia bisa berteduh dan bertemu sang fajar . Di mana ia akhirnya sadar The Power Of True Love . 
   Taman sejuta kenangan penuh cinta . Sang fajarnya ,Anggita Alaula . Alaula artinya cahaya fajar . Yah dan di sinilah cinta dua insan itu bersemi .
 
  "Selamat ulang tahun , Arka . Aku selalu mencintaimu dalam diam ."seorang wanita menangis sambil mengucapkan kalimat itu dengan lirih . Tidak mungkin Arka menjadi milikku .
  Di sisi lain Arka menatapnya dengan sorotan mata sarat akan kerinduan . Lalu dia berjalan pelan dan mendekap wanita itu . "Aku menemukanmu ."kata Arka . Sang wanita menegang .
  "Gita , kenapa kamu pergi tanpa kabar .  Aku nyaris gila ..."kata Arka lalu membenamkan wajahnya di leher sang gadis . "Aku ... hiks ... Arka lihatlah hikss aku hikss cacat . Aku hikss lumpuh . Kamu carilah wanita hikss lain ."Sang gadis tak tahan lagi . "Aku cuma mau kamu . Aku mencintaimu Gita . Tidakkah kamu tahu itu ? Jangan berpikir pendek dan beranggapan bahwa aku akan menjauhimu . Aku . tetap . akan . selalu . selamanya . mencintaimu . Just the way you're ."kata Arka dengan penuh penekanan . Diciuminya puncak kepala sang gadis .
  "Marry me , Gita ."katanya . Lalu ia mengeluarkan kotak beludru berwarna biru . Sebuah cincin kini melingkari jari manis gadis itu . Dengan permata berwarna biru ditengahnya . Simpel dan elegan .  Lalu senyum terukir di wajah dua insan tersebut .
  Percayalah , cinta sejati itu adalah cinta yang tak memiliki akhir dan ketika kamu merasa minder dengan pasanganmu , sadari satu hal : Seorang lelaki mencintai "wanitanya" bukan karena wanita itu cantik . Tetapi , wanita menjadi cantik ketika seorang lelaki menatapnya dengan cinta .\